Monday, December 28, 2009

Tulisan Untuk Membunuh Waktu

Barusan saya nonton tv

Saya tengah liburan di suatu kota di Jawa Tengah berinisial S belakangnya O dengan huruf kedua O dan selanjutnya L, pasti pada gak tau deh (pentingkah?) Ketika sudah malam, di hotel saya nonton tv yang tadinya menayangkan Warkop DKI (gak usah ngecakin deh, daripada sinetron?) lalu diganti channelnya ke tayangan film asing bertema perang salib.

Bukan perang salib yang mau saya bahas-meskipun saya tahu itu menarik-tp breaking news yang memotong tayangan film itu.

"Sekelompok warga bentrok dengan supporter Persita di Jalan Tol Jakarta-Merak."
Dalam liputan yang singkat itu dipertontonkan adegan bocah remaja usia belasan yang jumlahnya mewakili orang sekampung, dilempari-atau melempari, tidak jelas- dengan kelompok remaja lainnya yang berlaga dalam nuansa kostum ungu.
Adegan berikutnya pun tidak kalah ngenesnya, ribuan kendaraan mengantri panjang, sampai puluhan km selama 3 jam.

Yaampun kalo otak cetek saya ini boleh mikir, kenapa sih sampai segitunya? Benarkah rasa cinta yang berlebihan terhadap sesuatu akan menimbulkan kekacauan yang sebegitu lebaynya? Mungkin mereka hanya tidak tahu apa yang mereka lakukan, mungkin. Yang mereka tahu hanyalah, mereka sedang membela apa yang mereka yakini, dan mereka membenarkan itu. Atas nama kebebasan.

Saya pikir kenyataan yang menyedihkan ini tidak kurang dari ceteknya pendidikan moral. Memang, remaja konon katanya (sakitnya karna diguna-gunaaa, dengan segelas air putih.. eitt out of topic lg) masih disetir oleh gejolak emosi. Salahkan saja masa pubertas, salahkan saja emosi, salahkan saja "saya tadi khilaf". Kan enak ada kata "maaf" dan "khilaf". Salah dikit, tinggal bilang "sori", salah banyak, tinggal bilang "maaf, gak maksud", nyekek orang tinggal bilang "saya gelap mata, saya tadi khilaf"

Jadi, singkatnya mari kita jadikan "gabut" sebagai kambing hitam. Lho kenapa gabut? Ya, gabut akronim dari gak butuh atau gaji buta. Intinya nganggur, kurang kerjaan.

Kemalasan, yang diraja-rajakan oleh kaum muda sekarang, ternyata bisa jadi kutil yang berbahaya. Karena kurang kerjaan atau malas, jadi nongkrong-nongkrong, ngobrol ngalor ngidul kalo kelamaan berpotensi menciptakan budaya spik doang- no action talk only. Dari nongkrong jadi ngopi, lama-lama ngerokok, bir juga diembat. mabok? Urusan belakangan. Tidak ada sesuatu yang menambah nilai etika, moral, nurani, bahkan intelektual. Tidak ada ruang di otak dan hati kita untuk itu semua dan akhirnya emosi yang menguasai. Slek dikit maunya bener terus, maunya menang, maunya didengerin tapi tidak menciptakan solusi.

Terus emangnya harus apa? Masa belajar?

Yee sempit amat sih dunia lu. Gua aja yang cetek begini bisa mikir dikit. Belajar kan fleksibel. Belajar dgn buka buku dan nulis-nulis mah udah dr jaman kompeni. Apa yang harus kita lakukan adalah, buka mata, hati, telinga.

Sensitiflah, bukan terhadap diri sendiri tp terhadap perasaan orang lain dan lingkungan sekitar. Tetap sadar dan get real. Dunia ini bukan khayalan, khayalan hanya stimulan supaya dunia lebih bergairah. Sadarlah apa yang akan dilakukan. Think twice, think before act, dan banyak slogan lainnya.

Terakhir, barusan saya lihat iklan ketik reg spasi. Benar-benar iklan yang luar biasa bodoh, lebih bodoh lagi yang mengikutinya.

Oiya akhir2 ini posting saya banyak mengkritik karena pengaruh dari seseorang yang rajin mengirimkan notes sejenis dari fb, yang benar2 menginspirasi. Saya yakin orang itu akan membaca posting ini. Thankyou!

No comments:

Post a Comment